Sunday, August 21, 2016

Love is Supposed to "Put My Name on the Top of Your List", isn't it?


TODAY THEME SONG




This is the last time I'm asking you this,
Put my name at the top of your list,
This is the last time I'm asking you why,
You break my heart in the blink of an eye.


Gue lagi sebel berat hari ini!

Jadi berawal dari gue bikin janji sama temen-temen buat hangout bareng. Kita janjian hari Minggu siang guys. Gue biasanya selalu kemana-mana sendiri, independen. Tapi sekali-kali (karena gue pergi bareng temen-temen tuh jarang banget. Terakhir pergi bareng temen itu sekitar awal Mei 2016) gue pingin berangkat dianterin fiance.
p.s yeah gue 21 tahun dan sudah punya tunangan, Nggak tau apa yg merasuki pikiran gue waktu itu. Maybe I will regret this but maybe not.

Singkat cerita setelah fix waktu dan tempatnya, gue ngabarin doi (tunangan gue, sebut saja si Koko) buat nganterin gue. Sekali kali minta dianter nggak apa-apa kan ya, toh juga hari Minggu ini. Tapi lo tau guys, doi ternyata punya banyak kerjaan hari ini. Well, dia selalu punya banyak kerjaan. "Selalu" means "Setiap hari" termasuk hari Minggu.

Kira-kira begini nih kejadiannya. Doi ke rumah gue pagi-pagi jam 9 rencana mau ke Gereja bareng (ini udah rutinitas Minggu pagi), nah setelah dari gereja dia baru tuh mulai ngurus kerjaan sampe jam 4 atau 5 sore.
Gue: "Ko, nanti anter aku ke D'*LLEY ya, udah janjian sama temen-temen nih mau nongkrong."
Koko: "Jam berapa?"
Gue: "Selesai gereja sih, Rencananya jam 12 dari rumah."
(FYI, biasanya kebaktian gereja selesai sekitar jam 11, dan biasanya gue pergi makan dulu setelah itu, jadi biasanya gue nyampe rumah emang sekitar jam 12)
Koko: "Lah, terus?"
Gue: "Ya ntar pulang dulu, terus baru berangkat lagi sekalian kamu pulang aku nebeng."
Koko: "Terus nanti aku anterin kamu dulu gitu, baru nge-pack?"
(FYI, ngepack itu istilah dia buat packing orderan sebelum dikirim)
Gue: "Iya kan sekalian kamu jalan pulang, deket kok tempatnya dari rumah kamu."
Koko: "Ya nggak bisa lah sayang, nanti aku anterim kamu dulu sampe jam 12.30 setelah itu aku pulang baru bisa mulai kerja jam 13.00."
(Gue mulai panas nih, emang segitu masalahnya ya telat mulai ngepack 30menit? Jadi dia lebih milih kerjaan daripada gue? Gue cuman jarang-jarang aja keleus minta anter.)
Gue: "Ya udah nggak jadi, bisa berangkat sendiri kok."

Daaann, begitulah. Kita berantem sampe sekarang. Masalah sepele sih, tapi for me love is tend to put your spouse at the top of our list. Kalo elo jadi gue, lo juga merasa kalo dia itu nyebelin banget nggak sih guys?

And you know, he didn't even say Sorry!
Katanya dia sudah berusaha bagi waktu antara kerja dan waktu buat gue, dan dia punya alasan kenapa nggak mau mulai kerja terlambat di hari Minggu. He said he did it because: nggak enak hati sama temen yang selalu mulai duluan dan dia selalu mulai paling akhir.

Whaaaatt???
Speechless, I can't believe it. Dia ngorbanin gue demi temennya. What a fvck!
Terus kalo temennya nungguin kelamaan kasian, kalo aku nunggu sampe kering kerontang enggak apa-apa? Nice. Cukup tau, thank you very much.

Tiba-tiba gue inget, dulu nih duluuuu banget waktu awal pacaran, si Koko pernah bilang gini ke gue:
"Kalo aku sih, kalo aku disuruh milih antara kerjaan sama kamu, aku pasti pilih kamu. Toh aku kerja juga buat kamu sayang."
5 years latter: BULLSHIT.

"Don't believe every promise that happy person made." my advice for all of you.

Di setiap hubungan pasi ada masalah, dan malasah gue hari ini adalah: gue merasa sudah nggak terlalu penting lagi buat doi. Sekaran giliran gue, is it worth the pain?
Let me add one Point minus for my fiance (but he is not categorized as suck people, at least not yet)

Saturday, August 20, 2016

Suck People #1

Life is suck, I would say...

Ok, banyak yang lebih menderita dan lebih nggak beruntung dari gue. I knew it. But still, I feel my life is suck. Let me start from where it's begin....

It was 2010 and I was 16 when I lost my one and only dad. Well, kita nggak begitu deket, tapi pas doi meninggal it hit me right in the feels. Ungkapan di lirik lagu Passenger Let Her Go, "You will only miss the sun when it's start to snow" itu bener banget. He's my sun, always fight for me, ad now I'm fighting alone...

Waktu itu nyokap syok berat, she was changing. She took everything seriously. Dia selalu khawatir sama apa kata orang. Dia selalu khawatir kalau kalau dia nggak bisa ngasi makan ketiga anakanya. Nggak bisa biayain hidup ketiga anaknya. FYI, gue punya dua adik, cowo-cewe. I will talk about them latter on.
Sejak saat itu gue juga mulai berubah 180 derajat: Gue yang awalnya selalu ceria mulai menutup diri dengan alasan I didn't want they pity me. They don't need to know my tears, I have to stay strong for my mom. It was my first thoughts.
I did everything I can to help her. I never demand her anything. I did what she wanted me to do. Put her first before anything, even before my own will. I mean she is the last parent I have,
Tahun pertama, it was hard but everything is just fine. I can handle my feelings, I'm still grateful about my life. Kami nggak hidup berkekurangan, bahkan sampai sekarang, gue masih bisa makan setiap hari, masih punya rumah.

Tahun selanjutnya, gue lulus SMA. Gue kepingin kuliah arsitektur. Gue mati-matian cari beasiswa, biar nyokap nggak keberatan keluarin biaya kuliah. Akhirnya dapet, gue dapet full scholarship selama 4 tahun kuliah di salah satu Universitas Swasta di Semarang. Puji Tuhan. Tapi bukan di bidang yang gue harapkan. Bidang yang sama sekali gue nggak kenal. Tapi gue minat-minatin. Demi beasiswa, I will try to love what I do.
Pagi-siang kuliah, siang-sore bantu nyokap kerja (nyokap punya usaha pengrajin papan tulis), malem-pagi ngerjain tugas kuliah. I never complain. I need to stay strong for my family. I did everything I can do.
But expecting is my sin and regret is my punishment. Gue berharap beban nyokap agak berkurang karena nggak harus biayain gue kuliah, tapi ternyata dia tetep merasa terbebani dengan pengeluaran bulanan dan pekerjaan rumah. I decided to help her in house keeping. Pagi-siang kuliah, siang-sore bantuin nyokap kerja, sore-malem ngurus rumah, malem-subuh bikin tugas kuliah. I need to keep strong for my family. I didn't tell anyone about my struggle.
One day, nyokap ngeluh pesanan papan tulisnya sepi. I thought hard how to help her a bit, gue inget kalo temen kuliah ada yang punya toko alat tulis. Iseng-iseng gue tawarin papan tulis. Aaannndd.. it works. Toko temen gue mulai pesan papan tulis ke nyokap. And again, I expect too much. Gue berharap nyokap jadi dapet kerjaan dan nggak sedih lagi. But, lagi-lagi reaksinya mengecewakan.
Doi ngedumel lagi karena nggak ada yang bantuin dia bikin pesanan (gue lagi sibuk skripsi waktu itu). Wutt? Hello? Niat hati bantuin diem-diem biar kaya super hero... tapi ternyata usaha gue lagi-lagi tidak membuahkan hasil yang diharapkan.
I feel like a shit daughter but hell I don't care. I'm done with her attitude. Selama wakti ini (sekitar 3.5 tahun kuliah) gue merasa kalau apapun usaha yang gue lakuin buat nyokap, seolah nggak berarti. I helped her, but it seems never enough. Gue juga sakit, gue juga berkorban, tapi sikap dan tutur katanya seolah berkata bahwa ia berjuang sendirian. Gue coba sabar. Maybe she just tired (like I'm not? Me too.. but.. yeah, let it be).

Baru-baru ini gue lulus kuliah, gue langsung cari kerjaan yang kira-kira cukup untuk kebutuhan bulanan dan masih ada sisa untuk ditabung. And I got one. Perkerjaan ini mengharuskan gue untuk pulang diatas jam 6 setiap harinya . Jadi otomatis, rutinitas membantu orang tua gue sudah hilang dari muka bumi. Tapi tetep gue masih ambil bagian di pekerjaan rumah. Setelah pulang kerja, gue beberes rumah. Setelah itu baru istirahat. Sebulan pertama it was soooo fine. I got my salary and it was so delightful.

Until now, biasanya gue yang bantuin nyokap jadi adik-adik gue tinggal santai-santai aja di rumah. Sekarang gue kerja, mereka yang gantiin gue bantuin usaha nyokap setelah pulang sekolah (kasian si pasti capek, gue juga capek dulu). Ini nih jadi masalah, karena gue jarang dirumah otomatis gue bakal dapet jatah bantuin yang paling sedikit. Nah sekarang setiap hari nyokap ngomel karena nggak ada yang bantuin dengan senang hati lagi, adik-adik gue belum terbiasa bantuin jadi masih sambil ngedumel juga bantuinnya. Gue jadi dicap anak perawan paling males serumah (katanya). Note: I'm 21 now and yeah I'm still virgin.

Kembali ke laptop,
Gue selalu bangun paling siang (karena gue selalu pulang paling malem setelah kerja)
Gue nggak pernah bantuin usaha nyokap (karena gue bekerja)
Gue selalu nglakuin tugas bersih-bersih rumah terlambat (karena gue bekerja)

Ok let me revise my opening sentence. My life is not suck, people in my life are. So if you somehow know me, I'm not as though as you think, I'm not as happy as u think, but still I'm grateful of suck peoples around me.

This make me think, apa gue sebegitunya membebani keluarga ini? Apa mending gue pindah aja sekalian dari rumah, toh juga gue nggak pernah dihargai. I want to know, how much she will miss me. Or maybe she wont.

That's suck people #1
Leave a comment if you have a different point of view, as anon is okay. What makes you comfortable with. I'm looking forward for your thoughts!