Thursday, October 13, 2016

Apa Kakak Harus Selalu Mengalah?



Mengapa harus aku yang mengalah?
Tak pernahkah kau berpikir,
Sedikit tentang hatiku?


Today's random thoughts theme song. Menurut kalian, kakak harus selalu ngalah nggak sih guys? Karena selama gue hidup, gue selalu diajarkan untuk mengalah ke adik-adik gue. A little note buat kalian yang belum tau, I have 1 (not so) little brother and 1 (not so) little sister.

Tapi semakin gede ini, gue bukannya makin ngerasa mengalah adalah cara yang tepat. Apa lagi untuk masalah-masalah antar saudara di rumah (psikolog nyebutnya Sibling Rivalry).

Keresahan gue ini makin parah ketika gue sengaja denger nyokap ngbrol sama tante gue di depan rumah (gue barusan pulang dari kampus nih, naik motor). This was their conversation that time:
Kata tante gue "Aduh kasihan, Tata (my childhood name). Kemana kemana harus naik motor, panas kepanasan, hujan kehujanan."

Gue cuman senyum aja. Gue mah legowo kalo kata orang Jawa. Adanya motor ya udah naik motor. Mau naik mobil? Kerja dulu beli mobil. Jangan cuman minta-minta orang tua. Itu perinsip gue. Terus tante lanjut ngomong lagi nih, katanya "Aku jadi inget Kiki (anaknya yang paling gede), dia kemana-mana juga naik motor. Kalo tante suruh naik mobil nggak mau. Katanya nggak usah mau pergi deket doang, sebentar doang."

Gue nggak tanggepin tuh omongan si tante. Gue selesai markir motor, terus nyokap gue jawab "Ya begitu itu cik (panggilan ke kaka perempuan, and yes I'm Chinese btw), anak pertama tuh ya memang begitu... memang selalu dikalahkan." Dalem pikiran gue nih: Iya betul itu. Anak pertama tuh emang legowo, nggak neko-neko.... Eh wait, what the heck?!

Sejak itu keresahan gue bertambah satu lagi. Dari yg awalnya cuman ada satu poin:
Q1. Apa kakak harus selalu mengalah?

Tambah lagi satu poin:
Q2. Apa orang tua gue (khususnya nyokap) sengaja mengalahkan kebutuhan/kepentingan gue sebagai anak pertama?

I've done a research about Q1. I read some psychology books and turn out: Kakak nggak harus selalu mengalah (menurut Christine Wibhowo, S.Psi., M.Si, staf pengajar Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata, penulis buku parenting, pembicara seminar tentang pernikahan dan parenting serta pengisi acara BUNDA di Rhema Radio; juga menurut J. I. C. M. Drost SJ di bukunya Perilaku Anak Usia Dini: Kasus dan Pemecahannya tahun 2003).

Coba kalau jaman dulu, akses ke ilmu pengetahuan semudah ini. Mungkin sekarang orang tua sudah pada pinter-pinter parenting nya. Mungkin nyokap gue nggak sekolot ini mendidik gue dan adik-adik gue. She used the easiest way to solve problems: forget it.

For me, it's not solving. It's stacking it up on the deepest corner of our pure heart (as a child, our heart is pure like a white paper). And sometime, somehow it would collapse dan semua luka lama yang nggak terselesaikan terbuka kembali. Meanwhile beberapa psikologi setuju bahwa masalah sekecil apapun itu harus diselesaikan secara tuntas di dalam sebuah hubungan apalagi hubungan keluarga.

For Q2, jujur sejak adik gue lahir ke dunia (umur gue 6th waktu itu), gue merasa sejak detik itu, gue udah nggak pernah diberi perhatian lagi. They just give me food, and clothes, and house. And I have to deal all my problems alone since then.

Hey, I was teenagers to be. My life is totally suck back then, plus I have no parent to even there to just talk to me. Imagine how hard my life was for 10 years old girl, trying to fit in. Too old to be kid, but too young to be teen?

Not to mention the school tasks thingie. I HAVE TO DO THAT ALONE. I mean totally alone. Beli alat bahan sendiri, bikin sendiri, ide sendiri (we don't have Internet back then, so google don't help much).

Lah sekarang adik-adik gue, boro-boro beli alat bahan sendiri, cari ide sendiri aja sering nggak mampu (And now Google is there to help, thank Google). Gue selalu bantuin. Don't get me wrong. Bukanya gue nggak mau ya, gue mau. Gue nggak mau mereka berjuang sendiri kaya gue. (Gue sampe stress sekolah waktu itu, selalu mules-mules dan sering pusing padahal nggak sakit sama sekali. Belakangan setelah baca-baca buku psikologi buat skripsi, gue baru tau, itu gejala stress anak)

Dan gue inget banget, tiap kali ada orang yang bilang: "pinter ya cicik sudah bisa semua sendiri, mandiri banget." Terus tanya ke nyokap, "Cicik sudah nggak sering rewel cari perhatian ma?"
You know what my mom said? She said "No, she had plenty attention these 6 years, and now her brother need it more."

Fck, she said I had plenty attention. Hey, I read psychology books and even adult needs attention from other. Meski nggak se intens sewaktu balita. That's why we make friends and partnership. We interact with others. Lah gue pas umur 6-12 tahun, mau dapet perhatian dari siapa? Sahabat? Anak SD men, sahabatan paling apa sih. Sekedar ngobrol bareng pas jam istirahat. Belum punya HP belum bisa dapet jaringan Internet. Pacar? Gila apa anak bau kencur pacaran.

Ok this leads to another topics. Another thoughts related to this: mungkin gue sempet jadi cewe player (I was totally jerk back then, I will tell you later) karena gue cari perhatian sebanyak banyaknya. Perhatian yang nggak pernah gue dapet dari orang tua gue. Remind me to talk about this in another post.

Balik lagi ke topik awal. Menurut kalian, nyokap gue sengaja nggak sih ngalahin gue?

My night thoughts going wild. I'm thinking about BBS (Baby Blouse Syndrome). Just read it recently on my Facebook timeline. One of my friend shared a post of a woman, she said se had BBS and almost kill her baby. I want to talk much about this topic but maybe on another post...

And I just remembered, nyokap pernah hampir bunuh gue pas gue bayi. Hampir. Gue mau dibanting ke lantai waktu itu. Gue diceritain nyokap sendiri. Shit, I'm getting goosebumps! Don't you think... for a moment... maybe... just maybe... nyokap gue sebenernya nggak mengharapkan kelahiran gue? Dan sedangkan adik gue yang pertama, ditunggu tunggu. Nyokap memang sudah berencana punya anak lagi, dan jadilah adik gue. Sedangkan gue itu anak hasil malam pertama nyokap-bokap setelah merid. Mereka nggak nyangka sama sekali gue bakal hadir secepet itu...

And mungkin, mungkin aja, BBS itu kebawa sampe sekarang. Mempengaruhi keputusannya yang jarang sekal adil buat gue dan adik-adik gue. Dan yang pasti gue yang harus selalu ngalah.

This getting worse.. I need to stop thinking now. The devil inside me enjoying this, and I have to stop. Gotta hibernate my brain for some sleep. Hope getting a good dream tonight. Goodnight XOXO

0 komentar:

Post a Comment

If you have something in mind, please let me know